Look at The Boy Who Have Difference Maturity


Berawal dari suatu sore. Sesaat setelah mengantar Dinda untuk mengaji ke rumah Bu Gurunya. Si Mamah membelokkan arah motor untuk pulang. Tidak jauh dari situ terdapat sebuah masjid yang saat itu juga sedang mengumandangkan adzan Ashar. Tentunya dengan imbuhan tak berapa lama, beberapa jemaah mulai berdatangan ke arah mesjid untuk melaksanakan sholat berjamaah. 
Motor dipacu agak melambat karena hendak melewati polisi tidur. Tak sengaja mata si Mamah ini memandang seorang pemuda, sekitar umur belasan, sebaya anak SMP mungkin, berwajah agak bulat, berkulit sawo matang, bertubuh sedikit gempal, berkemeja rapi, bersongkok, celana panjang kain, yang tampak agak tergesa memasuki area masjid. Selintas pikir si Mamah, tampak mirip salah seorang selebritas, si itu loh.. Syakir Daulay.. hahaha.. kocak banget pikiran si Mamah ini, ngapain tu bocah sampe ke ujung dunia begini. Tapi itu cukup membuat si Mamah mikir, "Ini bocah tampak dewasa sekali ya?"
Itu bukan mau ngomongin dia udah berasa tua ya.. Tolong bedakan antara tua dan dewasa yak.. Cuma memang sekilas dia tampak lebih tenang sekalipun dia berjalan cepat sedikit tergesa. Tatapan mata yang teduh, yang seakan mencerminkan kedalaman pemikirannya. Tipe muka yang adem mirip ubin mesjid. Tapi bukan tipe para ikhwan dulu sering si Mamah temuin di mesjid kampus yaa.. bedaa gitu.. eits.. semoga si Mamah tidak diprotes para ikhwan jadi nya.. haaddeww..  Tapi apa ya entahlah.. pada bocah itu.. wong si Mamah nggak kenal juga. Toh belum tentu kesan luar itu sebagaimana yang dipikir si Mamah ini.. hahaha.. mungkin si Mamah hanya sedikit berhalu.. Si Mamah juga nggak nge fans banget sama dek Syakir. kok ya malah teringatnya padanya yaa...hahaha.. 
Memang yang namanya religiusitas itu memiliki berbagai macam aspek. Religiusitas itu kan biasanya lebih menunjuk pada bagaimana seorang individu telah menghayati dan menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh pada setiap tindakan dan pandangan hidup si bocah ini. Sehingga pada perkembangannya tingkat pemahaman agama ini  toh bisa berubah sesuai dengan kondisi individu tersebut. 
Nah.. ini yang namanya fitrah dunia remaja yang penuh dengan dinamika dan kekritisan pada nilai kehidupan. Mungkin sebagian besar remaja kita saat ini cuma hobi main tiktok an, k-pop an lah dan master of the game. Mungkin ada juga sih, tiktokan, k pop ers yang religius. hahaha.. Kadang secara pemahaman keagamaan, saat remaja ini mungkin merupakan peralihan dari kehidupan beragama dengan pemikiran anak-anak menuju ke arah kemantapan kedewasaan dalam pemahaman beragama. Saat mulai mereka menemukan pengalaman dan penghayatan ketuhanan yang bersifat individual.Tapi bukan melulu harus jadi rohis, atau mungkin masuk remaja masjid ya.. kadang sebagian besar, melihat mereka tuh cupu.. haiiss.. ini ketauan istilah si Mamah. mungkin akan dikomenin, "ah sok tua lu, sok alim lu.. Ngaji mulu.. kapan seneng-seneng nya.. " 
Namun jika kajian agama bisa disesuaikan dengan kondisi kejiwaan remaja, maka mungkin remaja memang sudah sebaiknya memahami agama sebagai sumber pegangan dalam kehidupannya. Hal ini bisa meminimalkan remaja dengan tipikal galauers, susah untuk bekerja keras, gampang putus asa, senang pada budaya yang serba cepat, dan kadang melakukan hal-hal yang bisa berakibat buruk lainnya.
Si Mamah jadi mikir, kalau seumur bocah tadi sudah mewarisi sikap keteladanan, gimana cara orang tuanya mengajarinya ya? gimana si bocah ini gaul dalam lingkungannya.. hahaha.. gile bener.. padahal ini cuma ngomongin ketemu yang tak sengaja pada orang tak dikenal. Sepertinya si Mamah kena overthinking.. hahaha.. 
Ya gapapa lah.. setidaknya si Mamah memang harus makin banyak belajar lagi untuk menjadi orang tua yang bisa mendampingi para bocah di rumah menyelami kehidupan religiusnya. Kesadaran beragama tidak hanya terukur dari banyaknya hafalan tetapi kadang perlu diimplementasikan pada pemikiran dan akhlak si bocah. Kalau kadang si Dinda masih bertanya, kenapa ada yang orang beragama yang terlihat rajin sholat kok masih melakukan hal yang tidak baik, korupsi atau judi misalnya.. Mungkin itu memang cuma orang yang ngaku beragama tanpa menyadari kesadaran beragama itu dilihat pula dari perilakunya. 
Kemarin juga tak sengaja liat pertanyaan di forum, mungkin merupakan terjemahan bebas dari surat Al Ahzab:21. Jadi mengapa seorang anak yang sedari kecil meneladani Al Quran dan Hadist menjadi tampak lebih dewasa? trus ada yang menjawab, karena yang diteladani adalah sikap Rasulullah, seorang pria yang berpikiran dewasa.

Reference :
- Bab 15. Religiusitas, Teori-teori Psikologi, M. Nur Ghufron dan Rini Risnawista, Ar Ruzz Media, Yogyakarta, 2010

picture taken from canva

Komentar