Sepertinya
ini bermula dari sebuah pengalaman masa kecil saya yang sering dibacakan cerita
oleh bapak saya. Bukan sebelum tidur, melainkan ketika hendak berangkat ke
sekolah TK. Di Jogja, ada sebuah koran lokal yang selalu memuat cerita
bersambung tentang tokoh kerajaan Mataram pada masa lampau. Hal yang saya masih
ingat, saya belum bisa membaca namun entah bagaimana ceritanya, saya bisa tertarik
pada cerita yang berlatar belakang sejarah itu. Akhirnya setiap pagi, sebelum
berangkat sekolah, saat sedang makan pagi, bapak membacakan cerita itu pada saya.
Bagi bapak mungkin itu hal yang biasa. Karena memang rutinitas beliau sebelum
berangkat kantor setelah selesai makan pagi adalah membaca koran. Sedangkan
mungkin bagi saya yang belum cukup mengerti tentang apa itu yang dikisahkan,
mungkin hanya berpikir itu merupakan sekumpulan kata-kata dewasa yang tidak
sepenuhnya dimengerti namun menarik untuk disimak.
Ketika
sekarang saya memiliki bocah dengan usia 7 tahun lebih dan si kecil yang
berusia hampir 3 tahun. Mungkin dalam benak si bocah itu juga mengalami hal
yang sama, seperti saya dulu atau bahkan mungkin lebih penasaran dengan hal
lain. Beda jaman terlampau jauh dengan tingkat kemajuan teknologi yang terlalu canggih
juga. Golongan baby boomer, milenial
akhir dan alpha. Ketika yang satu masih berkutat dengan ketenangan yang
sesungguhnya, yang lain sudah sibuk dengan terpaan informasi melalui gawai yang
ada bahkan sebelum dia lahir. Kadang saya juga menyadari bahwa yang namanya
kemajuan ini tidak bisa lagi dikesampingkan seperti waktu saya kecil dulu. Pada
kala itu, hal yang menarik hanya televisi yang jam tayangnya hanya beberapa jam
saja dan telepon rumah. Suatu tantangan tersendiri pada sekarang ini menjadi
orang tua. Dimana tanggung jawab yang makin rumit dengan wifi nonstop di rumah. Sebagai pecinta buku, saya pun tak rela jika
bocah-bocah saya menjadi takluk sepenuhnya pada gadget yang biasa digunakan mereka.
Seperti
mereka memegang gadget itu, tidak lepas dari bapak bocah yang mengenalkan pada
mereka. Tidak mungkin mereka bisa pegang hape tanpa ada yang mengenalkan bukan?
Kendati sekarang justru mereka yang lebih canggih menggunakan. Baiklah, saya
sebagai pencinta buku, tentunya tak rela jika saya kehilangan moment mengenalkan buku pada mereka.
Mungkin tidak lebih dari limabelas menit sebelum tidur, sebelum membaca doa
sebelum tidur, kita membaca cerita. Temanya bisa apa saja, mulai dari buku-buku
cerita bekas para kakak lain, buku ensiklopedia ringan atau dongeng sebelum
tidur. Saya mulai membacanya ketika mereka sudah selesai dengan segala hiruk
pikuknya. Mereka kadang masih sering bermain di tempat tidur. Begitu saya mulai
memegang buku memasuki kamar, maka mereka mulai menempatkan diri dengan
mengambil napas panjang dan berbaring tenang. Mulailah saya membaca dengan
beragam intonasi gaya yang membuat mereka tertarik pada cerita yang dibacakan.
Kadang sebelum cerita berakhir mereka malah membuat cerita sendiri. Tak apa,
yang penting membaca sudah dianggap bagian dalam hidup mereka disamping
memegang gadget. Kadang ketika menjelang tidur, mereka sudah menyorongkan buku
pada saya untuk dibaca. Bagi saya itu sudah merupakan hal yang membahagiakan
ketika buku masih menjadi sesuatu penting. Membiasakan membaca memang menjadi
tantangan tersendiri pada saat sekarang ini. Mengingat mereka sudah terbiasa
dengan bermain game pada gadget yang biasa mereka pegang. Memilihkan
buku yang baik juga menjadi hal yang penting bagi saya seperti ketika membuat password parental youtube kids. Membuat
mereka memegang buku pun tidak dengan serta merta ikut terjadi begitu saja.
Butuh waktu bertahun-tahun untuk membuat mereka bisa tertarik dengan buku atau mempunyai minat baca anak.
Mungkin karena mereka melihat saya sering kemana-mana membawa buku. Hingga pada
suatu saat mereka pun akan membuka buku tanpa harus disuruh. Hal itu mungkin
bagian dari peristiwa penting dalam hidup saya dalam mengasuh para bocah.
Ketika
membaca, saya berharap, anak-anak akan mengingat bagaimana alur cerita tersebut dimulai
hingga berakhir. Jadi saya berharap pola pikir mereka juga akan runut dan
terarah. Bukan tumbuh menjadi manusia yang tidak melihat proses, berbudaya
instan, tidak menghargai perbedaan ataupun sekadar menjadi orang yang
tergesa-gesa. Ada bagian hidup yang perlu dijalani untuk menjadi manusia yang
dewasa yang baik. Bukan hanya sekadar tua, namun juga bijak berpikir. Membaca
berbagai cerita juga membuat mereka menjadi tahu bahwa ada banyak hal yang di
luar diri mereka sendiri untuk dipelajari. Saya tekankan pada mereka, belajar
tak hanya di sekolah saja. Melalui buku, bisa juga belajar hal lainnya.
Semoga
saja, membaca buku akan selalu diingat mereka kelak seperti saya mengingat
bapak yang membacakan cerita itu. Sekalipun sudah beda generasi, hal yang baik
juga akan terus diwariskan pada generasi selanjutnya. Ayo semangat terus
membaca yaa..
*picture taken from personal gallery
#LetsReadAsia
#Ayomembaca
@letsread.indonesia
@bloggerperempuan
Komentar
Posting Komentar