Broken Home doesn't make a broken kid (hopefully)

Mungkin ini hanyalah penggalan cerita dari kepingan kisah dalam perjalanan hidup seorang anak manusia. Kisah tentang seorang teman yang baru saja menyelesaikan perkawinannya di pengadilan agama setempat sana. Sebenarnya tak perlu saya terlalu kepo pada urusan kerumahtanggaannya. Karena dia yang menjalani, justru saya yang syok parah. Berawal dari gurauan WA grup, saya jadi tahu tentang kondisinya. Lalu saya membuka beranda di dinding media sosialnya. Ternyata benar, lama tak berkabar, dia tengah mendapati ombak dalam mengarungi bahteranya itu. Saya sedih. Selain tak bisa berbuat apapun, secara langsung. Karena saya takut dibilang mencampuri urusan orang tadi itu. Pasti berat menghadapinya. Makanya saya cuma bisa cerita disini, dia kan nggak tau.. Hehehe.. Saya peduli padamu kawan. Saya tulus mendoakan agar dirimu tetap kuat.
Yang saya cermati ketika si bocah yang terdampak perpisahan itu tetap berusaha tegar dalam menghadapi segala kemungkinan tanpa kehadiran si bapak yang entah ada dimana dan punya pemikiran yang bagaimana sekarang ini. Mungkin mereka butuh pegangan hidup, maksutnya panutan dalam menjalani hidupnya. Begitupun dengan pemenuhan kebutuhan riil nya. Mereka tetap butuh biaya sekolah, kehadiran fisik dan termasuk nilai moral lainnya. Apalagi si bocah yang perempuan mungkin lebih dekat dengan si bapak. Dulu waktu sebelum ada si bocah laki-laki, si temanku ini berusaha mempunyai anak laki-laki untuk menggenapi keluarga kecilnya agar sempurna. Alhamdulillah, dikaruniai bocah lelaki tampan. Lengkap kebahagiaannya. Tapi si bapak entah gimana mikirnya, tetap saja memilih untuk pergi mencari kebahagiaan yang lain. Pengen rasanya saya tak perlu komentar lagi. Kok tetep gemes pengen memberi sentuhan ke si bapak, pake linggis, buat getok kepala. Biar kotoran dan pikiran jelek nya luntur. Bisa berpikir jernih melihat kondisi si bocah-bocah. Pengen juga, saya memeluk si ibu yang notabene teman saya itu. Menguatkan ketangguhan dirinya yang mungkin sedang dalam kondisi rapuh. Tapi berhubung sekarang marak konten toxic positively. Mendingan saya mendoakannya dari jauh. Mungkin kondisi si ibu yang sedang dalam keadaan memulihkan kewarasannya setelah perjuangan yang panjang dan melelahkan.  Tetaplah kuat saudariku. Anak-anak harus tetap diberi contoh keteguhan dan pantang menyerah dalam hidup mereka. Tanpa si bapak, mungkin hanya dirimulah yang menjadi tumpuan mereka. Tetap sabar, Alloh pasti akan memberikan balasan yang indah pada saatnya nanti.

Komentar