The Reason is You


"Bapak itu menyekolahkan kamu setinggi mungkin itu untuk membuatmu menjadi orang yang berguna. Kalaupun kamu mau jadi karyawan, kamu senang, ya jalani saja. Kalaupun kamu buka usaha sendiri, kamu senang, ya atur saja. Kalau kamu mau serius menulis, ya tulislah yang baik. Kalaupun kamu mau jadi ibu rumah tangga, ya lakukan saja. Your life is your journey. We really don't know where the way goes to end. Yang penting, kamu ikhlas menjalaninya. Berkah bagi keluargamu, InsyaAlloh, pahalamu ada disitu. " ujar bapak padaku
Bapak dan ibu selalu mengajarkan kami tentang kemandirian. Menekankan bahwa mempunyai life skills merupakan hal yang penting. Bapak memang bukan orang yang banyak bicara. Bapak biasanya hanya bicara hal yang perlu pada anak-anaknya. Some of them make their own world in the silences. Some other make a noise to balances. Perhaps the reason we should to make complete each other. It's oke. We can deal with it.
Begitupun dengan kakak saya, yang tak sengaja menemukan kesukaannya. Hampir mirip dengan bapak, dia juga tak banyak bicara. Berawal dari kebosanannya menghabiskan waktu di rumah. Mau jalan-jalan, kami tak punya ongkos. Terlalu mewah, lebih tepatnya bagi keluarga sederhana seperti kami. Lalu dia mulai memasak. Saya pun menjadi orang pertama yang harus mencicipi hasil masakannya itu. Selama itu tidak beracun dan aman untuk dimakan, maka saya makan. Pernah suatu ketika dia membuat kue. Kurasa kue itu mungkin tidak sempurna ketika digoreng, masih terasa mentah. Tapi kucoba, dan rasanya cukup enak.. Hahaha.. Tapi jangan harap saya memujinya. Gengsi..
Sekarang, dia juga sering memasakkan untuk tetangganya yang kerepotan memasak. Katering kecil. Hanya melayani dua keluarga saja. Karena kakak saya juga banyak anak. Kurasa tak cukup waktunya untuk membuat banyak masakan. Tapi itu sudah menyenangkan, bahkan bisa menambah uangnya. How's life
Begitupun dengan saya. Begitu mulai mengenal huruf, kata dan tulisan, saya memantapkan diri untuk gemar menulis. Mulai dari diary, karangan sekolah, mading, tugas kuliah, artikel, blog dan buku antologi. Semuanya saya jalani. Tak ada alasan khusus menunggu moment tertentu untuk menulis. Bahkan duduk diam menunggu boarding di bandara, saya bisa menulis premis cerpen. Hahaha.. Sukurlah.. Alhamdulillaahh.. Bukan berarti saya tanpa hambatan untuk menulis ya.. Tetap saja ada juga yang menjadi kendala. Mulai dari rasa insecure, ketidakdisplinan, hingga penundaan yang kadang membuat saya marah sendiri pada keadaan. Tapi tak ada alasan untuk berhenti. Karena itu bagian dari hidup saya. Menulis mungkin membuat saya menjadi lebih bersemangat dan bisa menata hati. Mungkin jika orang lain melihat, saya tampak orang yang pemberani, terbuka dan supel. Namun disisi lain, saya ini orangnya pemalas mendahului membangun interaksi, saya lebih suka berdiam dulu. Bisa jadi pula, menulis itu bagian dari healing therapy. Dengan sikap saya banyak bicara tapi sebenarnya adalah seorang yang pencemas. Menulis seperti bisa mengungkapkan sisi lain yang tersembunyi dari diri saya. Bapak saya juga pernah bilang there is another stories in some other moment. So you should have write that stories.
Semoga kelak, saya bisa menulis dengan lebih baik lagi, sukur-sukur bisa membuat buku sendiri yang bestseller. Semoga bisa konsisten. Mampu beradaptasi dengan segala hal yang menjadi hambatan. Semoga bisa terus berkarya lebih baik.
@nulisyuk
#nulisyuk
#nulisyukbatch38
#belajarmenulis

Komentar