Support System

Beberapa waktu lalu, saya yang habis melahirkan si bocil sesungguhnya mengalami masalah yang biasa orang kenal dengan nama Baby Blues. Nah masalahnya kadang di keluarga itu, pada nggak ngertinya jika si ibu ini sedang mengalami suatu gangguan. Kalaupun orang pada tahu, malah yang ada dicap kurang iman lah, manja lah.. Dulu orang lain tidak begitu.. Yaa.. Menanamkan pemikiran untuk memahami orang lain itu memang tidak mudah sih. Sudah dari jaman dulu, yang namanya dianggap ibu-ibu kudu strong bakoh kukuh gitu. Weleh.. Yang namanya wonder women ajah bisa pusing, gimana ibu-ibu yang rempong urus bocah dan menenangkan jiwanya begitu. Beruntung bagi ibu-ibu yang punya support system yang bagus. Suami yang pengertian, atau nenek kakek yang baik hati dan lingkungan yang tidak julid. Itu Super Alhamdulillaaah banget deh.. Ini masalahnya bagi ibu-ibu yang tidak punya support system yang baik. Rasanya sulit sekali bertahan waras dalam kondisi yang bikin menguras emosi begitu itu. Saat itu rasanya, saya hanya benar-benar membenci anak saya. Rasanya menyesal sih sekarang. Tapi kan waktu itu, saya bener-bener nggak ngerti harus gimana menghadapinya. Capek, stres, menyusui yang butuh ketenangan ajah masih susah, pikiran yang penuh, kondisi tubuh yang belum pulih dari operasi secar dan masalah lainnya, itu yang tidak bisa saya ungkapkan. Suami juga cuek, sudah sibuk dengan pekerjaan kantornya dan sibuk hal-hal tidak penting lainnya, menurut saya sih. Saya hanya ingin didukung dalam mengelola kejiwaan saya. Saya sudah bicara dengan suami, tapi dia juga tidak mengerti dengan baik. Ya itu tadi, menganggap bahwa saya ini ibu yang manja.  Membandingkan dengan ibu-ibu lain yang beranak banyak, tapi sanggup mengurus semua dengan baik. Haddeeww... Makin stres lah saya.. Apalagi,
Waktu itu yang saya lakukan, hanya bener-bener memohon pada Tuhan, bahwa saya tidak membunuh anak saya. Berilah saya kewarasan ya Tuhan... Lalu saya berusaha untuk memberi penghiburan pada diri saya sendiri. Menonton video lucu, mengingat hal-hal yang bahagia, melakukan hal-hal yang saya sukai seperti menonton film korea, film di Channel tivi berbayar. Mengusahakan tidak peduli dengan omongan nyelekit suami, nyinyiran orang lain terhadap perilaku saya yang aneh. Memasabodokan pikiran sendiri gitu..tidak peduli, cuek, masa bodo, itu jurus andalan yang membentengi diri saya agar saya tidak membunuh anak saya itu. Itu terus saya afirmasi, mungkin lebih terasa pretend to make our self happy. Gapapa jika itu false happiness. Kalau menurut saya, apapun saya lakan biar anak saya nggak melihat ibu nya menjadi gila hanya gara-gara kelabilan saya ini. Bagi ibu-ibu lain, mungkin ini belum cukup manjur. Karena saya nggak ngerti lagi mau gimana lagi selain berusaha waras begitu. Mau curhat juga nggak tau siapa lagi yang mau ngertiin kondisi begini. Tapi yang penting, buat diri sendiri nyaman dan bahagia. Gitu ajah sih..

Komentar